Oleh: Ledyana Seko, S. Pd*
![]() |
Antara Pulau Dewata dan “Lelaki Kecilku” (Sebuah Pergulatan Ketika hendak Pergi Ke Pulau Bali) |
Saya sangat yakin, banyak orang yang punya impiaan dalam hidup agar suatu saat bisa berada di Pulau Dewata Bali. Rasanya, hati pasti senang jika mendapat kesempatan untuk berpergian ke nusa wisata itu. Saya sendiri punya kerinduan yang sama.
Baca: Pariwisata, Tanah dan "Naluri" Kaya Instan
Yah…kerinduan hati untuk bisa berwisata ke pulau Dewata, merupakan impian semua orang. Tahun 2025 ini saya beruntung, mendapat tugas untuk pergi ke pulau Dewata. Saya mendapat tugas untuk ‘mendampingi’ siswa/I kelas XI Hotel yang menjalankan praktek di pulai itu.
Awalnya saya sangat senang, karena impian saya terwujud. Namun saat menerima tugas ini, hati kecil saya sangat sedih, karena harus pergi untuk beberapa hari meninggalkan anak-anak.
Sekadar informasi, saya dikaruni dua orang anak. Yang sulung, perempuan, masih kelas 2 SD dan yang bungsu, laki-laki, baru berusia 4 tahun.
Saya mengalami pergulatan. Dua anak saya ini, pasti tak sudi saya tinggalkan mereka dalam waktu lama. Tentu, tidak mudah untuk meyakinkan kedua buah hati saya ini. Tetapi, saya niat saya sudah bulat.
Untuk itu, saya berani meminta izin kepada kedua anak saya itu. Ini memang sangat sulit. Terutama anak lelaki saya yang umur 4 tahun. Berkat rayuan maut dengan embel-embel pulang membawa oto remot, pesawat dan berbagai jenis mainan lainnya, akhirnya saya pun mendapat restu.
Baca: HIV/AIDS dan Pariwisata Sehat
Saya bahagia sekali. Akhirnya, tantangan pertama berhasil dilewati. Waktunya pun tiba untuk berangkat. Saya bersama ke-26 anak yang melakukan praktek kerja lapangan (PKL) di pulau Dewata, menaiki kapal Binaiya. Kami menghabiskan waktu 2 hari 2 malam di kapal.
Ada banyak ‘kisah menarik’ selama berada dalam perjalanan.
Meski begitu, saya tetap dicekam oleh rasa rindu terhadap dua jagoan saya. Bagimanapun, semua yang aku lakukan dan perjuangkan saat ini, semata-mata untuk kebahagiaan mereka. Mereka adalah segalanya dalam hidup saya.
Tak terasa, kami tiba di Pulau Dewata tanggal 28 Januari 2025. Kurang lebih 5 hari kami berada di Pulau seribu dewa itu. Bersama pak Jorge, saya memastikan ke-26 anak yang PKL itu berada di tempat praktek dan mendapat penginapan yang layak. Sejauh yang saya ingat, semuanya beres, tidak mengalami kendala yang berarti.
Waktu 5 hari di pulau Dewata tidak terasa.
Tibalah waktunya untuk pulang. Rasa rindu terhadap anak sudah begitu membuncah dalam kalbu. Wajah ‘lelaki kecilku’ terus terlintas dalam benak. Pak Jorge dan saya, pulang ke Bajo dengan menumpang ‘Pesawat Terbang’.
Baca: Pariwisata, FGK Jilid II dan 'Gereja yang Terlibat'
Si ‘burung besi’ mendarat mulus di Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo. Setibanya di rumah, aku disambut dengan penuh kehangatan oleh anak-anak saya. Anak lelaki kecilku, memelukku denga erat, sambil berkata "aku mencintaimu".
Seketika air mataku menetes. Merasa haru dan sangat bahagia. Lelaki kecilku. Terima kasih. Selamat merayakan Hari Kasih Sayang. Tuhan memberkati.
*Penulis adalah Guru Produktif Perhotelan SMK Stella Maris.