Oleh: Wihelmina Nurti, S. Pd*
![]() |
“Beranak” Karena Hujan (Sebuah Kisah Nyata) |
Hujan beserta angin kencang di Labuan Bajo membawa berkah. Cuaca semakin dingin dan segalanya serba basah. Hal ini membutuhkan kehangatan, teman ngobrol, minuman /snack. Cuaca dingin membuat semua orang hanya bisa beraktivitas dalam rumah, ruang tamu, kamar tidur bahkan kamar mandi. Aneka kegiatan itu dilakukan berkali-kali dalam sehari.
Baca: Rumah Pastoran Tua Paroki Hokeng, Bencana Letusan Gunung Berapi Lewotobi dan Cuaca Ekstrim
Sebagaian dari mereka menikmati KEENAKAN situasi ini secara memuaskan. Tetapi, sebaliknya sebagian orang sangat BENCI, BOSAN, lelah bahkan frustasi. Setiap hari selalu terdengar rintik bunyi hujan di atas genteng. Airnya turun tidak terkira. Menengok ke bawah, atas ,kiri, kanan, semuanya serba basah.
Bergerak keluar – masuk rumah, naik turun tangga untuk menjemur pakaian, menggoyangkan kipas ke arah pakaian agar cepat kering bahkan membuat tali jemuran dalam kamar mandi sebagai fasilitas tambahan. Hari-hari dilewati dengan keadaan basah. Membuat orang semakin benci dengan hujan bahkan ada yang memakinya (hehehehe ), karena saking jengkel.
To be honest, saya dan keluarga kecil merasa bersyukur dengan situasi wet season kali ini. Menikmatinya dengan rasa puas dan terharu. Saya dan suami adalah pasangan yang tipe pekerja keras. Punya mindset yang rapi, saling menghargai, serta memberi kasih sayang yang tulus.
Bulan Februari ini adalah bulan keempat kami mendiamii istana (rumah ) kami yang baru. Sebuah istana yang begitu munggil, keren dan estetik. Yah…., sesuai idaman kami dari dulu. Meskipun tidak sama persis dengan bangunan Eropa atau luar negeri lainnya (hehehe). Intinya, istana kami itu berada ‘di atas rumah semua warga Labuan Bajo (hehehe..), terletak di pengunungan yang sangat tinggi, persis di samping villa Domanik yang super keren.
Beberapa kerabat, rekan kerja, keluarga sudah mengunjungi istana kami ini. Jalan yang super mendaki menuju rumah, membuat otot dari mereka terasa lelah serta bunyi tarikan nafas yang ngos-ngosan ( hehehe..). Tetapi, setelah sampai di teras istana, rasa lelah dari mereka itu dengan sekejap hilang karena melihat pemandangan dengan latar Komodo airport yang begitu indah , Klumpang Beach dan seluruh bangunan di kota Labuan Bajo. Selain itu, kita juga bakal menghirup udara yang nature (asli).
Lanjut cerita tentang hujan. Sedikit kisah di bulan November 2024. Suatu malam, tepatnya malam Minggu, saya dan suami duduk santai di depan rumah menikmati pemandangan lampu-lampu yang sedang menyala di Komodo airport dan bangunan seluruh kota Labuan Bajo. Tak lupa saya menyuguhkan kopi hangat yang super enak buatan sendiri kepada suami.
Baca: Orang Susah Menolong Orang Susah
Kebetulan saya pembisnis kopi Manggarai juga (untuk pembaca tulisan ini saya kasih gratis ,hahahaha…). Seteguk kopi ini sepertinya mampu meghangatkan hati suami saya. Terbukti secara spontan dia membuka topik untuk memulai diskusi, dengan membuka kalimat “ NY, (sebutan akrab kami ), kita harus manfaatkan lahan kosong kita ini dengan menanam berbagai jenis tanaman”.
Kebetulan lahannya sudah dibersihkan. Sayapun menyambut baik diskusi kecil ini. Tanpa basa basi, dua hari kemudian kami memanfaatkan separuh waktu kami untuk melaksanakan kegiatan ini dengan memulai menanam sayur-sayuran (ubi , kacang panjang , pepaya), buah buahan (tomat, jagung, nenas ) pohon-pohonan (pisang, mangga, kelor ) di lahan yang begitu luas samping rumah kami.
Semua tanaman ini bertumbuh dengan baik dan subur. Pohon-pohon pisang pun memiliki anakan baru. Intinya, semua sayuran, buah-buahan dan tanaman lainya “beranak karena hujan”. Singkat cerita , Februari ini kami menikmati semuanya, jagung bakar, jagung rebus serta memasak sayur yang segar kami rasakan setiap sore sambil menikmati rintik hujan dan dinginya cuaca. Moment ini, kami lewati bersama dengan beberapa rekan-rekan guru, keluarga, sahabat dan juga tetangga.
Hari- hari ini, hujan deras dan angin kencang selalu datang dan semakin dibenci sebagian orang. Terkadang sampai mendoakan agar Mbak Rara, pawang hujan ada di Labuan Bajo (hehehe..), tapi ini nyata. Hujan yang deras membawa beberapa dampak buruk di kota Labuan Bajo seperti banjir di jalan. Beberapa rekan yang bekerja di laut , udara dan darat, tidak maksimal melaksanakan pekerjaan. Banyak anak-anak, remaja dan orang dewasa, terkena sakit.
Tetapi, sekali lagi, bagi saya pribadi, hujan adalah anugerah yang terbesar. Hujan tidak salah. Dia datang sesuai musimnya. Dia tidak membuat aturan sendiri (hehehehe). Semuanya sudah dijadwalkan sejak dunia ini dilahirkan. Hujan hanya melaksanakan jadwal yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Dia sungguh rela menyiram tanah Labuan Bajo yang super panas ini. Menyejukan hati dari para penghuni yang selalu panas membara, haus dan lapar akan hal duniawi ( hehehehe). Hujan sungguh baik dan dia pasti ada waktu jeda atau istirahat dalam sehari. Ibarat kehidupan manusia, ada saatnya kita menikmati hidup susa, tidak ada yang merangkul ,menolong, semua orang menghindar, kita tidak diakui, playing victim, toxit,dll.
Begitupun saat kita bahagia , kaya dan berpangkat. Terkadang melihat orang lain seperti semut (kecil tak berdaya) . Di musim hujan kali ini, semua kejadian buruk membutuhkan refleksi bahwa yang terjadi bukan salah hujan tapi salah manusia. Jangan membenci– nya terlalu dalam dan jangan menilainya dari sisi buruk . Lihatlah keuntungan dari hujan.
Manfaatkan hujan sebaik baiknya agar bermakna. Begitupun kita sebagai manusia, nikmati setiap proses, jangan banyak protes (ini adalah semboyan yang dipakai oleh SMK Stella Maris Labuan Bajo ). Musim hujan atau kemarau, kesusahan atau kebahagiaan, kaya atau miskin adalah hal yang wajib dan akan datang sesuai musimnya. Hari ini, hari kamis. Jadi, terimaksih untuk semua. Salam manis dari saya. Semoga kita semua memperloleh kehidupan yang selalu manis. THANK YOU!
*Penulis adalah guru Penggerak dan bersertifikasi di SMK Stella Maris Labuan Bajo.