![]() |
Manchester United via Getty Imag/Ash Donelon |
Manchester United meraih kemenangan atas Ipswich Town (3-2) pada pertandingan Liga Inggris di Old Trafford, Kamis (27/2) dinihari WIB. Pertandingan itu bukan sekadar laga sepak bola biasa. Di balik adu taktik dan fisik, terdapat refleksi filosofis tentang eksistensi, identitas, dan pencarian makna.
Baca: Kegagalan Cristiano Ronaldo di Euro 2024
Anak asuhan Amorim itu mampu meraih tiga poin dalam laga tersebut. Pelatih MU itu menyadari perannya dalam memilih dan mengendalikan pemainnya bila tidak produktif dan kreatif seperti Garnaco yang ditarik keluar dari lapangan untuk digantikan bek Noussair Mazraoui. Para penonton bahkan Garnaco sendiri tidak menerima kenyataan itu, tetapi pelatih lebih tahu kualitas permainan tim yang tengah berlansung.
Baca: Merajut "Benang Persaudaraan" di Arena Volley
Terkait hal itu, ada satu kebenaran filosofis bahwa setiap pemain yang tengah bermain di lapangan hijau merupakan bukti eksistensi. Seni permainan, kerja keras dan cerdas selama 90 menit mengerucut pada satu semboyan yakni perolehan kemenangan. Setiap tekel, umpan dan gol adalah seni berekspresi setiap pemain.
Permainan kolektif yang berfundasi pada mentalitas kuat adalah bagian dari identitas seorang pemain. Laga itu menggambarkan identitas setiap individu dan tim.
Pertarungan kedua tim khususnya MU bukan sekedar kemenangan tetapi lebih dari itu, yakni tentang pencarian jati diri. MU yang lebih mengedepankan tradisi menyerang saat melawan Ipswich menjadi sebuah seni permainan. Itu kekhasan MU. (EF)