Oleh: Krista Alum, S.S
![]() |
Suka Duka Sebagai Guru Bahasa Jepang (Tetesan Kasih Sayang Kepada Para Siswa) |
Pada momentum hari kasih sayang ini (14 Februari 2025), saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman saya ketika mengajar bahasa Jepang di Stella Maris. Ini juga merupakan pengalaman pertama saya sebagai guru.
Baca: "Antara 'Ibu Guru' dan 'Ibu Rumah Tangga' (Kisah Perjuangan dan Cinta di SMK Stella Maris")
Di bulan Oktober saya menginjakan kaki di gerbang Stella Maris dengan penuh semangat. Saya ingin membagikan bahasa asing yang sudah saya kuasai untuk para siswa. Hati begitu bersemangat dan sangat tidak sabar untuk berbagi pengalaman. Tetapi di sela-sela jiwa semangat saya yang begitu mekar masih ada secuil keraguan tentang penerimaan bahasa yang saya sampaikan kepada para siswa.
Namun, rasa ragu hanya ada dan diciptakan oleh pikiran saya sendiri. Di awal perjumpaan saya dengan para siswa saya mencoba membuka topik obrolan dengan secuil kata-kata bahasa Jepang yaitu ( みんなさんおはようございます。はじめましてわたしはクリスタともします、どうぞうよろしくおねがいします)。
Kalimat ini merupakan sapaan selamat pagi dan memperkenalkan diri menggunakan bahasa Jepang. Ternyata secuil kalimat yang saya ucapkan menumbuhkan benih semangat para siswa untuk belajar bahasa asing. Seketika suasana kelas pun jadi asik, menyenangkan dan bersemangat karena mereka cukup antusias untuk belajar.
Baca: Kasih Sayang Sebagai Kunci Sukses (Kisah Guru Inspiratif di Labuan Bajo)
Walau di tengah perjalanan selama belajar bahasa Jepang para siswa sulit membedakan huruf hiragana (huruf asli jepang) dan huruf katakana (huruf serapan/ huruf yang diambil dari bahasa asing). Tetapi saya selalu berusaha agar para siswa cepat memahami bahasa asing dengan cara (diawal pembelajaran kami selalu mengulang kosa kata yang sudah dipelajari).
Menjadi guru itu mungkin sederhana karena jurusan yang kita pilih setelah selesai strata satu (S1) tapi jauh sebelum itu ada hal-hal menarik yang dirasakan sebagai seorang guru yaitu saat melihat binar mata siswa ketika serius mendengarkan kita. Terinspirasi dari kita, dan pada saat-saat tertentu para siswa merasa mendapatkan sesuatu dari kita dan rasanya seindah dan semenarik itu.
Entah kenapa ada rasa senang ketika para siswa tertarik sama kita, dekat sama kita. Menjadi guru itu, hemat saya tidak sekedar mentransfer ilmu. Misalnya saya (guru bahasa jepang, mentrasfer ilmu bahasa Jepang). Bagi saya, aktivitas semacam itu, bukan hanya sekedar itu tetapi menjadi guru itu mentransfer inspirasi, transer rasa, bahkan transfer ketulusan dan itu benar-benar bisa dirasakan (kalau menurut saya).
Lalu, sampai akhirnya kita bisa memutuskan bahwa ternyata jadi guru itu ada sisi panggilan hati. Sejauh ini saya sebagai guru bahasa Jepang merasa bangga dan terus bersemangat untuk berbagi bahasa asing kepada para siswa. Semoga apa yang saya berikan bisa menimbulkan impak yang besar untuk masa depan para siswa. Jadi, tugas saya sebagai guru adalah tak berhenti ‘mengalirkan kasih sayang’ melalui kegiatan berbagi ilmu dan serangkaian proses pembelajaran yang menyenangkan di sekolah.
Baca: Pelukan Kasa (Sebuah Pengalaman ‘Menangani Luka’ di SMK Stella Maris)
Terus terang, sampai detik ini, saya sangat menikmati ‘pekerjaan’ sebagai guru bahasa Jepang ini. Pengalaman perjumpaaan dengan para siswa dalam pembelajaran Bahasa Jepang, membuat saya yakin bahwa ‘memang saya di panggil’ untuk mewartakan cinta melaui pekerjaana sebagai guru ini. Selamat merayakan Hari Kasih Sayang. Tuhan memberkati!
ありがとうございます
*Penulis adalah Guru Bahasa Jepang SMK Stella Maris Labuan Bajo.